Tradisi Omed-omedan Ciuman Massal Di Bali - Tradisi Omed-omedan Ciuman Massal. Saya akan share tentang tradisi yng ada di indonesia yaitu omed-omedan. Tradisi Omed-omedan digelar di Jalan Raya Sesetan, Denpasar Bali, Rabu, 17 Maret 2010. Salah satu tradisi unik ini digelar setiap setahun sekali, sehari setelah hari raya nyepi atau disebut hari ngembak geni.
Tradisi omed-omedan dilakukan oleh teruna-teruni (karang taruna-Bali ) atau pemuda dan pemudi banjar Sesetan. Omed-omedan dalam kamus Baliyang berarti tarik. Tradisi ini dilakukan dengan cara tarik menarik dan mencium lawan, dan sering disebut tradisi ciuman masal.
Tradisi omed-omedan dilakukan oleh teruna-teruni (karang taruna-Bali ) atau pemuda dan pemudi banjar Sesetan. Omed-omedan dalam kamus Bali
Dalam permainannya, terdapat dua kelompok pemuda yakni kelompok perempuan dan laki-laki. Salah satu wajib mewakili dari kelompok masing-masing untuk digendong dan dipertemukan antar dua kelompok agar saling meraih.
Setelah si laki-laki dapat meraih si perempuan, lalu panitia menarik keduanya agar berpisah. Hal ini dilakukan secara bergantian, hingga semua peserta kebagian.
Penonton yang penuh sesak maupun peserta bahkan penabuh gendang pun kebagian siraman air yang dilakukan panitia, untuk meramaikan acara.
Ketua Panitia festival omed-omedan, I Putu Wiranata Jaya menjelaskan, tradisi ini bermakna sebagai penghormatan terhadap leluhur dan Ida Hyang Widhi atau Tuhan, serta memupuk rasa kesetiakawanan, keharmonisan, dan menghibur.
"Tradisi ini selain menghibur setelah umat Hindu melaksanakan catur brata penyepian, tapi juga sebagai warisan leluhur kita di desa Sesetan, dan tradisi ini tidak ada didaerah lain," jelasnya.
Tradisi ini sudah turun temurun dilakukan , dan dianggap warisan budaya yang memiliki nilai seni dan sakral, karena terkait sesuhunan di Pura Banjar. Meski sempat ditiadakan, namun secara spiritual tradisi ini diyakini harus tetap ada.
Setelah si laki-laki dapat meraih si perempuan, lalu panitia menarik keduanya agar berpisah. Hal ini dilakukan secara bergantian, hingga semua peserta kebagian.
Penonton yang penuh sesak maupun peserta bahkan penabuh gendang pun kebagian siraman air yang dilakukan panitia, untuk meramaikan acara.
Ketua Panitia festival omed-omedan, I Putu Wiranata Jaya menjelaskan, tradisi ini bermakna sebagai penghormatan terhadap leluhur dan Ida Hyang Widhi atau Tuhan, serta memupuk rasa kesetiakawanan, keharmonisan, dan menghibur.
"Tradisi ini selain menghibur setelah umat Hindu melaksanakan catur brata penyepian, tapi juga sebagai warisan leluhur kita di desa Sesetan, dan tradisi ini tidak ada didaerah lain," jelasnya.
Tradisi ini sudah turun temurun dilakukan , dan dianggap warisan budaya yang memiliki nilai seni dan sakral, karena terkait sesuhunan di Pura Banjar. Meski sempat ditiadakan, namun secara spiritual tradisi ini diyakini harus tetap ada.
Tweet |
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment